Jumat, 29 Desember 2017

Les Privat Mengaji Guru Les Ngaji Ke Rumah Anda

Les Privat Mengaji di Batam – guru Ngaji datang ke rumah anda adalah salah satu layanan dari CakFaqihBatam private untuk meningkatkan kemampuan membaca Al Quran bagi Anak, remaja dan Dewasa maupun Orang Tua.
Mengundang guru ngaji ke rumah secara privat sebagai jasa les privat tentunya bagi sebagian orang lebih menjadi pilihan dibandingkan dengan datang secara langsung ke tempat les. Khususnya jika ingin lebih memperdalam Al-Qur’an atau mengaji.
Mungkin untuk seorang anak, datang ke tempat les atau untuk mengaji mungkin biasa saja. Namun untuk sebagian orang misalnya orang dewasa mungkin mengaji secara privat atau les privat mengaji dengan guru didatangkan ke rumah lebih enak untuk dilakukan.
Jasa les privat guru untuk belajar mengaji / Baca Al Quran di rumah
Sebagai umat muslim, kitab suci Al-Qur’an bukan hanya sebagai pedoman untuk menjalani hidup, tetapi juga kewajiban untuk memperdalamnya. Oleh karena itu, sudah seharusnya sebagai seorang yang beragama Islam, membaca Al-Qur’an dengan benar dan juga baik khususnya dengan mengetahui dan juga sesuai dengan makhroj dari hurufnya. Adapun makhroj-nya yaitu artinya tentang bagaimana cara membaca atau mengeluarkan bunyi dari bacaan Al-Qur’an. Selain dari makhroj-nya juga dari tajwid-nya yaitu bagaimana cara untuk membaca dengan tartil dari setiap bacaan surat yang ada di dalam Al-Qur’an.
"Mendatangkan guru les mengaji ke rumah anda di Batam Centre, bengkong, Tiban, Batu Ampar, Sekupang, Batu Aji, Nungsa, Batu Besar dll."
Belajar Membaca Al Quran tidak mengenal usia karena penting sekali bagi seorang muslim , tidak perlu malu untuk belajar dengannya anda tetap mendapatkan ganjaran pahala dari Allah SWT.
Adapun fungsi dari mengetahui tajwid saat akan membaca Al-Qur’an yaitu agar saat mengetahui tajwid dari setiap huruf Al-Qur’an tersebut agar dapat mengetahui di mana tempat untuk berhenti saat sedang membaca ayat suci Al-Qur’an. Sehingga saat dibaca akan lebih jelas baik bacaan maupun juga artinya.
Mendatangkan guru les privat mengaji merupakan salah satu solusi yang ditawarkan bagi mereka yang lebih menyukai ketenangan dan juga agar lebih efektif. Karena jika dilakukan secara privat akan lebih konsentrasi jika dilakukan dengan metode secara personal atau pribadi yang tentunya dapat menentukan jadwal sendiri karena disesuaikan dengan jadwal pribadi yang lainnya.
Keutamaan belajar Al Quran
Berikut hal-hal yang bisa menjadi motivasi sebagai hal utama untuk membaca dan juga mengajarkan Al-Qur’an, beberapa di antaranya yaitu;
·    Seseorang akan menjadi sebaik-baiknya seorang manusia yaitu mereka yang mengajarkan dan juga mempelajari ayat suci Al-Qur’an.
·     Setiap satu huruf yang dibaca tentunya akan mendapatkan balasan dari Alloh SWT., yaitu pahala. Sedangkan pahala yang untuk membaca dari setiap huruf yang dibacanya yaitu sepuluh pahala.
·   Untuk seseorag yang membaca serta menghafal ayat suci Al-Qur’an maka memiliki kedudukan bersama dengan malaikat. Adapun untuk yang membaca dengan terbata-bata diberikannya dua pahala.
·  Orang tua yang anaknya membaca dan juga mempelajari Al-Qur’an, maka mahkota dari cahaya akan dipakaikan di kepalanya.
·      Di hari akhir nanti Al-Qur’an akan menjadi syafaat bagi mereka yang membaca dan juga mempelajarinya.
·         Membaca Al-Qur’an akan membuat hati menjadi lebih tentram.
·     Hal tersebut karena bagi mereka yang membaca dan juga mempelajarinya maka akan menyembuhkan penyakitnya secara lahir dan juga batiyya, dengan kata lain sebagai obat penyembuh hati yang tentunya juga akan menyembuhkan secara fisik.
Orang muslim atau mereka yang beragama islam tentunya telah mengetahui jika membaca Al-Qur’an akan diberikan kedudukan yang tinggi di surga nanti karena besarnya pahala di setiap hurufnya.
Tarif jasa les privat mengaji dengan guru datang ke rumah
Setiap penyedia jasa les privat mengaji biasanya memiliki tarif tersendiri. Baik yang dibayar secara langsung saat pertemuan maupun juga yang dibayar secara mingguan atau bulanan. Tentunya beberapa guru les untuk mengajar mengaji juga lebih memilih untuk mengajarkan secara ikhlas tanpa mematok tarifnya.
Dan biasanya guru privat les mengaji menjadi pilihan alternatif saat di lingkungan di sekitar rumah misalnya tidak dekat dengan masjid atau tidak terdapat program belajar untuk mengaji. Kalaupun ada, bagi orang dewasa bisa jadi tidak mau mengikuti program belajar mengaji yang rata-rata di isi oleh anak-anak. Sehingga akan merasa malu dan lebih memilih untuk secara privat.
Belajar secara privat dengan mendatangkan guru les mengaji ke rumah akan lebih intensif dan juga kondusif. Tentunya, memilih guru yang dapat mengajari untuk mengaji bukan hanya sekedar pintar mengaji saja, tetapi juga memahami kajian-kajian dari ayat suci Al-Qur’an. Sehingga bukan hanya sekedar mengajarkan membaca  tetapi juga membantu untuk memahami ayat-ayat suci tersebut sekaligus dapat juga belajar dasar-dasar fiqh sholat, muamalah dan lain sebaginya.
Tentunya Memiliki kemampuan membaca Al Quran dengan baik Tartil, merdu sangat didambakan oleh seorang muslim seperti beberapa di Video Youtube , salah satu ikhtiarnya adalah dengan belajar dengan serius dan didampingi oleh guru les privat mengaji ke rumah yang paham dengan hukum-hukum bacaan Al Quran.



Sabtu, 26 April 2014

ADAM OH ADAM OH BAPAK KITA (HISTORIS NABIYULLAH ADAM AS)



          M
 

enyebut nama Nabi Adam Alaihissalam (AS), maka akan terlintas dalam benak pikiran manusia, sosok manusia pertama cerdas (berakal) yang    diciptakan Allah SWT. kisah penciptaan Adam terdapat dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 30.
“Ingatlah ketika Tuhamu berfirman kepada para Malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang-orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 30)
           
Selain ayat di atas, masih banyak lagi ayat-ayat AlQuran yang menceritakan tentang kisah penciptaan Nabi Adam AS. Dalam AlQuran, nama Adam disebut sebanyak 25 kali, dan kisahnya antara lain dipaparkan dalam surah Al-Baqarah [2]: 30-39, Al-A’raf [7]: 11-25, Al-Hijr [15]: 26-38, Al-Isra’ [17]: 61-65, Thaha [20]: 115-127, dan Shad [38]: 71-78.
Secara umum disebutkan, Adam adalah salah satu makhluk Allah, Ia bersama Hawa (istrinya) menjalani kehidupan di surga, kemudian Allah menurunkannya ke bumi untuk menjadi khalifah (pengelola bumi). Bersama istri dan keturunannya, Adam menjadi penghuni dan pengelola bumi.
                Kisah diturunkannya Adam ke bumi diawali saat Adam dan Hawa memakan buah Khuldi di surga. Allah melarang keduanya untuk memakan buah Khuldi.
“Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini (khuldi), yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS Al-Baqarah [2]: 35).
“Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi (kekekalan) dan kerajaan yang tidak akan binasa?” (QS Thaha [20]: 120)
Keduanya pun terbujuk dengan rayuan iblis, hingga mereka memakan buah khuldi tersebut.
“Maka keduanya memakan buah tersebut, lalu tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada tuhan dan sesatlah dia.”(QS Thaha [20]: 121)
Menurut Ibnul Atsir, Adam AS awalnya menolak mengikuti bujukan iblis, namun desakan Siti Hawa yang begitu kuat, akhirnya membuat Adam ikut memakan buah tersebut. Lihat An-Nihayah fi Gharib Al-Hadits, karya Ibnul Atsir jilid 3 hlm. 158.
                Keduanya lalu bertobat dan memohon ampun kepada Allah dan Allah menerima tobat mereka dan memilih Adam sebagai Rasul-Nya.
“Kemudian Tuhannya memilihnya (menjadi Rasul), maka Dia menerima tobatnya dan memberinya petunjuk.” (QS Thaha [20]: 122)
Kendati Allah SWT telah menerima tobat Adam dan Hawa, namun sebagaimana kehendak Allah untuk menjadikannya sebagai khalifah di bumi, maka Adam dan Hawa lalu diturunkan ke bumi.
“turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.” (QS al-Baqarah [2]: 36)
“Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS al-Baqarah [2]: 38)
Di bumi, Adam dan Hawa bertempat tinggal serta mengembangkan keturunannya. Lihat firman Allah SWT dalam surah Al-A’raf [7]: 24-25.
“Turunlah kamu! Kamu akan saling bermusuhan satu sama lain. Bumi adalah tempat kediaman dan kesengan sampai waktu yang telah ditentukan. Di sana kamu hidup, disana kamu mati dan dari sana (pula) kamu akan dibangkitkan.” (QS Al-A’raf [7]: 24-25)
                Selain Adam dan Hawa, Allah juga menurunkan Iblis dan ular ke bumi. Sebelumnya, iblis lebih dahulu diusir dari surga karena tidak mau sujud kepada Adam. Al-Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir At-Thabari RA dalam tafsirnya ketika menerangkan ayat ke-36 surah Al-Baqarah [2], membawakan sebuah riwayat dengan sanad bersambung kepada para sahabat Nabi SAW seperti Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, dan lainnya
“Ketika Allah memerintahkan kepada Adam dan Hawa untuk tinggal di surga dan melarang keduanya memakan buah khuldi, iblis memiliki kesempatan untuk menggoda Adam dan Hawa, namun, ketika akan memasuki surga, iblis dihalangi oleh malaikat. Dengan tipu muslihatnya, iblis kemudian mendatangi seekor ular, yang waktu itu ia adalah hewan yang mempunyai empat kaki seperti unta, dan ia adalah hewan yang paling bagus bentuknya. Setelah berbasa-basi, iblis lalu masuk ke mulut ular dan ular itu pun masuk ke surga sehingga iblis lolos dari pengawasan malaikat.” (Tafsir At-Thabari)



Gunung Tertinggi
                Lalu, setelah dikeluarkan dari surga, dimanakah Adam dan Hawa diturunkan? Para ulama berselisih pendapat mengenai hal ini. Mayoritas ulama sepakat bahwa keduanya diturunkan secara terpisah dan kemudian bertemu di Jabal Rahmah, di Arafah.
Mengenai tempat diturunkannya inilah yang menjadi perselisihan pendapat di kalangan ulama. Al-Imam At-Thabari dalam Tarikh Thabari (jilid 1 hlm 121-126), menyatakan, Mujahid meriwayatkan keterangan dari Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib yang mengatakan: “Adam diturunkan dari surga ke bumi di negeri India.”Keterangan ini juga diriwayatkan oleh Thabrani dan Abu Nu’aim di dalam kitab al-Hilyah, dan Ibnu Asakir dari Abu Hurairah RA.
Thabrani meriwayatkan dari Abdullah bin Umar :
“Ketika Allah menurunkan Adam, Dia menurunkannya di tanah India. Kemudian dia mendatangi Makkah, untuk berhaji kemudian pergi menuju Syam (Syria) dan meninggal di sana.”
                (HR. Thabrani)
Abu Shaleh meriwayatkan juga dari Ibnu Abbas yang menerangkan bahwa Hawa diturunkan di Jeddah (Arab: nenek perempuan) yang merupakan bagian dari Makkah. Kemudian dalam riwayat lain At-Thabari meriwayatkan lagi bahwa Iblis diturunkan di negeri Maisan, yaitu negeri yang terletak antara Basrah dengan Wasith, sedangkan ular diturunkan di negeri Asbahan (Iran).
                Riwayat lain menyebutkan, Adam diturunkan di bukit Shafa dan Siti Hawa di bukit Marwah. Sedangkan riwayat lain menyebutkan Adam AS diturunkan diantara Makkah dan Thaif. Ada pula yang berpendapat Adam diturunkan di daerah India sementara Hawa di Irak.
                AlQuran sendiri tidak menerangkan secara jelas di mana Adam dan Hawa diturunkan. AlQuran hanya menjelaskan tentang proses diturunkannya Adam dan Hawa ke bumi. Lihat Al-Baqarah [2]: 30-39 dan Al-A’raf [7]: 11-25.
Sementara itu, menurut legenda agama Kristen, setelah diusir dari Taman eden (Surga), Adam pertama kali menjejakan kainya di muka bumi di sebuah gunung yang dikenal sebagai Puncak Adam atau Al-Rohun yang terdapat di Sri Langka.
Menurut At-Thabari, tempat Adam diturunkan adalah di puncak gunung tertinggi di dunia. Keterangan At-Thabari ini kemudian diikuti oleh para ahli geografi modern, dan merupakan pendapat yang paling kuat dasarnya.
Pendapat ini juga diikuti oleh Syauqi Abu Khalil dalam bukunya Atlas Al-Qur’an, dan Sami bin Abdullah Al-Maghluts dalam Atlas Sejarah Nabi dan Rasul. Para ahli geologi telah melakukan berbagai penelitian mengenai gunung tertinggi di dunia, mulai dari dartan Asia, Eropa, Afrika, Amerika, hingga Australia. Dan dari penelitian itu disepakati bahwa gunung tertinggi di dunia adalah Gunung Everest (Mount Everest) yang ada di daerah Himalaya, mencapau 8.848 meter dari permukaan laut (dpl). Dari sinilah para ahli meyakini bahwa Adam memang diturunkan di daerah ini, yaitu di puncak tertinggi di dunia (Mount Everest). Wa Allahu A’lam

Diturunkan untuk Menjadi Khalifah
                Dalam berbagai riwayat, termasuk dalam kepercayaan orang-orang non-muslim sebagaimana keterangan kitab-kitab mereka, Adam dan Hawa diturunkan ke bumi akibat perbuatan mereka yang melanggar larangan Allah SWT. larangan tersebut adalah memakan buah khuldi, karena tergoda oleh rayuan dan bujukan Iblis. Sebagian umat islam juga mempercayai hal ini, yaitu mereka (Adam dan Hawa) diturunkan ke bumi ini akibat melanggar larangan Allah yaitu memakan buah khuldi.
                Tentu saja, anggapan ini keliru dan sangat berbahaya bagi akidah umat islam. Sebab, dengan meyakini diturunkannya Adam dan Hawa karena perbuatan mereka memakan buah khuldi, berarti umat manusia saat ini menanggung dosa (warisan) sebagaimana kepercayaan dalam agama lain.
Hal inilah yang ditolak oleh islam. Dalam ajaran islam, tidak ada istilah dosa warisan. Setiap orang yang berbuat keburukan, maka dialah yang menanggung dosanya dan tidak ada dosa bagi orang lain yang tidak mengikutinya.
                Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menerangkan, andai dosa Adam itu ditanggung pula oleh umat manusia, hal itu bertentangan dengan keterangan AlQuran yang menyatakan bahwa manusia tidak akan memikul dosa orang lain.
                “(Yaitu) bahwasanya, seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” (QS An-Najm [53]: 38). Keterangan serupa juga terdapat dalam surah An-An’am [6]: 164, Al-Isra’ [17]: 15, Fathir [35]: 18, Az-Zumar [39]: 7.
                Ibnu Katsir menjelaskan, diturunkannya Adam AS ke bumi ini memang direncanakan dan sesuai dengan skenario Allah SWT untuk menjadikannya sebagai khalifah yakni mengelola bumi dan seisinya (QS  [2]: 30). Karena itulah, Allah mengejarkan (ilmu) tentang nama-nama setiap benda kepada Adam, dan tidak diajarkan kepada malaikat, termasuk iblis (QS [2]: 31-37). Dengan ilmu itu agar nantinya anak-cucu Adam di bumi bisa mengetahui dan mengelolanya dengan baik untuk kehidupan mereka di masa-masa berikutnya.
                Dengan penguasaan ilmu itu, maka Allah memerintahkan kepada malaikat dan iblis untuk bersujud kepada Adam. Malaikat melaksanakan perintah Allah dan bersujud, sedangkan iblis menolaknya. Dan atas penolakan iblis itu, maka Allah pun mengutuk dan mengusirnya dari surga.
Keterangan inilah yang akhirnya membuat seorang peneliti bidang matematika dari Universitas Kansas, Amerika Serikat, Prof. Dr. Jeffrey Lang, untuk memeluk islam. “Adam diturunkan ke bumi bukan karena dosa yang diperbuatnya, melainkan karena Allah SWT menginginkan seorang khalifah di bumi untuk mengatur dan mensejahterakan alam.” Ujarnya. Lang mengatakan, ia benar-benar berupaya keras memahami ayat 30-39 surah Al-Baqarah [2] yang menjelaskan tentang penciptaan Adam hingga ia diturunkan ke bumi. Ia membandingkannya dengan ajaran agama yang dianutnya terdahulu didalam berbagai literatur dan kitab suci. Namun, ia kecewa dengan hasilnya. Maka ia berusaha untuk terus mencari hingga akhirnya menemukan jawabannya di dalam AlQuran.
Penjelasan terperinci Jeffrey Lang mengenai hal ini dan pergulatannya dalam memahami islam, ia kemukakan dalam bukunya Losing My Religion: A Call for Help.

Adam bukan Makhluk Pertama
                Nabi Adam AS adalah manusia cerdas pertama yang diciptakan Allah SWT. ia diberikan akal pikiran dan dapat mengetahui segala sesuatu, termasuk yang menciptakannya, Allah SWT. dan Adam diciptakan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah di muka bumi, yakni mengelola, merawat dan melestarikannya untuk anak cucunya kelak. (QS Al-Baqarah [2]: 30-39).
                Banyak pendapat yang mengatakan, Adam bukanlah manusia pertama. Pendapat ini terekam dalam berbagai buku. Bahkan beberapa diantaranya ditulis oleh penulis muslim. Menurut mereka maknanya bukan menciptakan (khalaqa), melainkan menjadikan (ja’ala).
Sebagaimana diketahui, Adam AS memang bukan makhluk pertama yang diciptakan Allah. Sebab, masih ada makhluk lain yang lebih dahulu diciptakan-Nya, seperti Malaikat dan Iblis.
Pendapat yang menyatakan bahwa Adam bukan manusia pertama, salah satunya dikemukakan ole Dr. Abdul Shabur Syahin. Dalam bukunya Ar-Rawafid al-Saqafiyah (Adam Bukan Manusia Pertama? Mitos atau Realita), Syahin mengatakan, Adam adalah Abul Insan, bukan Abul Basyar. Keduanya bermakna sama, yakni bapak (nenek moyang) manusia.
Abdul Shabur Syahin membedakan makna antara al-Insan dan al-Basyar. Karena perbedaan itu, Syahin menegaskan, Adam bukanlah manusia pertama. Menurutnya, Adam bukan diciptakan, melainkan dilahirkan. Makna dari dilahirkan berarti ada orangtuanya. Ia membedakan antara kata ja’ala (menjadikan) dan khalaqa(menciptakan). Menurutnya, dalam surah Al-Baqarah [2]: 30, An-Naml [27]:62, Fathir [35]: 39, kata ‘menjadikan khalifah’ bukanlah menciptakan manusia baru, tetapi meneruskan cara kerja manusia yang sudah ada sebelumnya. Karenanya, kata dia, Adam bukanlah manusia pertama.
                Pendapat ini dibantah oleh Syekh Abdul Mun’im Ibrahim. Menurutnya, pendapat yang diutarakan oleh Abdul Shabur Syahin tentang Adam dilahirkan, sangat bertentangan dengan sejumlah ayat AlQuran maupun beberapa hadits Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan awal mula penciptaan Adam dari tanah. “Pendapat Abdul Shabur Syahin bahwa Adam dilahirkan ole kedua orangtuanya, mengingatkan kita pada teori evolusi yang dikemukan Charles Darwin, seorang Yahudi picik yang menulis dalam bukunya Ashl al-Anwa’ (Asal Mula Penciptaan). Darwin berpendapat, manusia berevolusi dari bentuk aslinya ke bentuk sekarang,” tegas Syekh Mun’im Ibrahim, dalam bukunya Ma Qabla Khalqi Adam (Adakah Makhluk Sebelum Adam, Menyingkap Misteri Awal Kehidupan), dan Wafqat Ma’a Abi Adam.
Syekh Mun’im setuju bahwa ada makhluk lain sebelum Adam diciptakan. Artinya, Adam bukan makhluk pertama. Namun demikian, ia sangat yakin bahwa Adam adalah manusia pertama yang berakal yang diciptakan Allah SWT.
Pendapat senada dengan penjelasan Syekh Mun’im ini, juga terdapat dalam buku Al-Jamharah karya Abu Darid, At-Tahzib karya Al-Azhari, Diwan al-Adab karya al-Farabi,Mu’jam Maqayis al-Lughah karya Ibnu Faris, Lisanu al-Arab karya Ibnu al-Manzhur Al-Ifriqi, lalu As-Shahhah karya Al-Jauhari, dan al-Mukhtar karya Ar-Razi.
                Sejumlah pihak mengatakan, bahwa sebelumnya telah ada makhluk lain yang disebut manusia dan mengelola bumi ini. Namun, mereka bukanlah manusia yang berakal sehingga dalam pengelolaannya makhluk itu banyak melakukan kerusakan dan kehancuran. Itulah, menurut berbagai pendapat, sehingga malaikat berkata kepada Allah, bahwa makhluk yang diciptakannya untuk mengelola bumi itu akan melakukan kerusakan, sebagaimana pendahulunya. Wa Allahu A’lam.

Makhluk Pertama
                Lalu, apa atau siapa makhluk yang pertama kali diciptakan Allah SWT?menurut Syekh Mun’im, makhluk yang pertama kali diciptakan adalah qalam(pena). Dari Ubadah bin As-Shamit, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Awal makhluk yang Allah SWT ciptakan adalah pena, lalu Dia berkata kepada pena, ‘Tulislah.’ Pena berkata, ‘Apa yang aku tulis?’ Allah berkata, ‘Tulislah apa yang akan terjadi dan apa yang telah terjadi hingga hari Kiamat.”
                Imam Ahmad RA meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda: “Bahwa makhluk yang pertama kali Allah ciptakan adalah pena, lalu Dia berkata kepada pena tersebut, ‘Tulislah.’ Maka pada saat itu berlakulah segala apa yang ditetapkan hingga akhir kiamat.” (Lihat Musnad Ahmad RA).
                Dalam riwayat lain, ada yang mengatakan, makhluk yang pertama diciptakan adalah dawat (tinta), lalu pena. Ada pula yang menyebutkan, air pertama kali diciptakan.
Menurut Syekh Mun’im, pena adalah makhluk pertama yang diciptakan. Pendapat ini telah di-tarjih dan dikuatkan oleh Ibnu jarir dan Nashiruddin al-Albani RA. Setelah Allah menciptakan qalam, maka kemudian dilanjutkan dengan penciptaan tinta (dawat). Selanjutnya, Allah menciptakan air, kemudian arasy (singgasana), kursi, lauh al-mahfuzh, langit dan bumi (semesta), malaikat, surga, neraka, jin dan iblis (syaitan), dan Adam AS.
Wa Allahu A’lam



Keduanya (Adam dan Hawa) berkata:" Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan m
Wahai ADAM, "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"" (QS. al-A'raf (7) : 22)
emberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi ". (QS. al-A'raf (7) : 23)
Allah berfirman:" Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan ". (QS. al-A'raf (7) : 24)
Adam dan Hawa. Diturunkan Allah ke bumi karena kemaksiatannya. Mereka diturunkan pada tempat yang berbeda hingga keduanya berkeliling bumi dan dapat berjumpa kembali di Padang Arafah pada Hari Arafah.
Tangisan keduanya selalu menggetarkan hati, karena keduanya telah dikeluarkan dari Surga Allah dan meninggalkan semua kenikmatannya. Di dunia, dia menghadapi permusuhan Iblis dan gangguannya dengan api kemaksiatan. Adam menyesal, hingga ia menangis tiada henti agar dapat kembali ke Surga 'Adn tempat tinggalnya dulu.
Adam merasakan keletihan, kelelahan dan kepayahan di bumi ketika dirinya merasa lapar dan haus. Sementara dulu di surga Tuhannya berfirman kepadanya, "Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan didalamnya dan tidak akan telanjang. Dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) ditimpa panas matahari didalamnya" (QS. Thaha: 118-119) (HR. al-Baihaqi, dari Ibnu Abbas ra.)
Airmata Adam alaihissalam bercucuran menyesali perbuatan yang ia lakukan. Airmata kesedihan yang membuat semua berempati kepadanya seolah-olah Adam berkata kepada Rabbnya,
"Adakah mataku bisa meninggalkan bumi ini, sehingga mataku melihat segala sesuatu yang indah? Apakah kami masih bisa kembali dan diampuni? Katakanlah apa itu bisa?"
Tangisan TAUBAT itu akhirnya didengar oleh Allah dan Dia mengampuni dosanya. Allah SWT berfirman, "Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya" (QS. al-Baqarah: 37)
Taubat Adam tidak lain adalah, "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi ". (QS. al-A'raf (7) : 23)
Maka terjadilah perjanjian taubat, seolah-olah Allah berkata pada Adam,
"Wahai Adam, apa yang terjadi pada dirimu adalah termasuk dari tujuan penciptaanmu. Wahai Adam, Aku tidak mengeluarkanmu dari surga kecuali agar kamu dapat memakmurkan bumi dan memberikan upah kepada para pekerja, 'Lumbung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo'a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka' (QS. as-Sajdah: 16)"
"Wahai Adam, janganlah kamu bersedih karena perkataan-Ku padamu, "Turunlah kamu dari surga itu" (QS. al-A'raf: 13)
Dan kamu mendapatkan penutupnya. Akan tetapi, keluarlah dari surga ke ladang usaha, dan siramilah air matamu pada pohon penyesalanmu."
"Wahai Adam, kamu keluar dari surga agar Aku mengeluarkan penyakit UJUB darimu, dan Aku pakaikan kepadamu pakaian taubat dan ketundukan kepada-Ku"
Hanya dengan sebab satu suapan, ADAM alaihissalam (dan SITI HAWA) diusir dari SURGA.
Dan hanya karena meninggalkan satu kali sujud, IBLIS diusir dari rahmat Allah dan masuk kedalam laknatnya. Itulah MAKSIAT. Adam alaihissalam bertaubat atas maksiat yang telah diperbuatnya.
"Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al-A'raf (7) : 153)
Sesungguhnya taubat merupakan hamparan Allah, dan Dia Maha Pemberi Taubat, Maha Penyayang, dan Maha Pengampun. Bumi adalah tempat mengakui kesalahan, bukan tempat pemberian hukuman.
"Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. as-Syura (42) : 25)
"Dan andaikata tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atas dirimu dan (andaikata) Allah bukan Penerima Taubat lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu akan mengalami kesulitan-kesulitan)." (QS. an-Nur (24) : 10)
"Maka bertasbihlah dengan dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat." (QS. al-Nashr (110) : 3)
"Yang Mengampuni dosa dan Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya; Yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk)." (QS. al-Mu'min (40) : 3)
Rasulullah SAW bersabda, "Hai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah dan beristighfarlah kepada-Nya, karena aku bertaubat dan beristighfar kepada-Nya SERATUS kali dalam sehari" (HR. Muslim)
Dari Ibnu Umar ra., ia berkata, "Dalam satu majlis kami menghitung Rasulullah SAW membaca SERATUS kali ucapan berikut, 'Tuhanku, ampuni dosa-dosaku dan terimalah taubatku, karena Engkau Maha Penerima Taubat dan Maha Pengampun'" (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majjah)
JIKA RASULULLAH SAW BERTAUBAT KEPADA-NYA SERATUS KALI SEHARI, BAGAIMANA DENGAN KITA?
Demikianlah, Kisah Taubat Nabi Adam alaihissalam. Semoga kita dapat mengambil hikmahnya untuk bersegera bertaubat kepada Allah SWT.
Sesungguhnya dalam Kisah-kisah orang terdahulu terdapat hikmah dan pengajaran bagi orang yang berfikir.
Firman Allah SWT,
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman." (QS. Yusuf (12) : 111)
Dan sebaik-baik Kisah adalah Kisah yang diabadikan Allah dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi SAW.
Dan ilmu yang terbaik juga ada dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, "Ilmu adalah Allah berfirman.., dan Rasulullah bersabda..." Wallahu'alam bisshawwab.